MENGETUK PINTU FITRAH

Saturday, May 07, 2011
Cenderung kepada sesuatu kebaikan merupakan suatu fitrah bagi makhluk yang bernama manusia. Mengapa ianya menjadi fitrah? Itu soalan yang saya tidak mampu untuk jawab, kerana saya juga seorang manusia.Maka oleh itu, untuk mengetahui tentang fitrah, disarankan untuk mempersoalkannya kepada yang menciptanya. Mengapa sunnatullah itu selalu terjadi, dan mengapa perempuan cenderung kepada lelaki. Itu adalah persoalan fitrah.

Tetapi, fitrah kepada kebaikan yang lahir dari hati manusia itu boleh untuk kita kaji. Salah satu perkara yang kita perlu tahu dalam kecenderungan manusia kepada kebaikan adalah fungsi gerak hati.

Gerak hati, jika kita rujuk di dalam buku-buku yang berbicara tentangnya, maka kita akan kenalinya seperti yang disebut sebagai ’intuisi’, kalau di dalam bahasa arab pula ia lebih dikenali dengan 'dhamir'.

Dhamir inilah yang selama ini bekerja untuk mencenderungkan manusia kepada kebaikan. Islam sama sekali tidak menolak konsepnya. Di dalam al-Quran, Allah s.w.t menerangkan dalam suatu ayat :

(Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari urat lehernya) Qaaf : 16

Umat manusia yang diciptakan Allah ini tidak dapat dibuka pintu fitrah yang tertutup itu melainkan dengan anak-anak kunci dari ciptaan Allah itu dan penyakit-penyakitnya tidak boleh diubati melainkan dengan penawar yang dicipta oleh Allah S.W.T. Allah telah menyediakan di dalam sistem hidup yang diaturkan oleh-Nya itu anak-anak kunci untuk membuka segala pintu yang tertutup dan penawar untuk mengubatkan segala penyakit:

“Dan Kami turunkan dari al-Qur’an itu sesuatu yang menjadi rahmat kepada orang-orang yang beriman.”
(Surah al-Isra :82 )

“Sesungguhnya aI-Qur’an ini memberi hidayat ke jalan yang amat lurus.”
(Surah al-Isra: 9)

Tetapi malangnya manusia tidak mahu mengembalikan ibu kunci kepada tukang pembuatnya dan tidak mahu membawa orang sakit kepada penciptanya. Kita tidak bertindak dalam urusan diri sendiri, kemasyarakatan, kebahagiaan atau kemudaratan sepertimana kita menguruskan mesin-mesin dan alatan yang digunakan dalam keperluan seharian kita.

Kita tahu jika mesin-mesin dan alatan itu rosak, kita akan memanggil mekanik untuk memperbaikinya, Tetapi kita tidak menggunakan peraturan yang sama dalam usaha membetulkan sesama manusia, iaitu dengan mengembalikan kepada kilang yang mengeluarkan kita dan tidak meminta petolongan dari Allah Sang Pencipta.

“Sesungguhnya Allah amat mengetahui segala isi hati. Apakah Allah yang telah menciptakan (kamu) tidak mengetahui (isi hati kamu), sedangkan Dialah Yang Maha Halus dan Maha Mendalam Ilmu-Nya” (Surah al-Mulk: 13 - 14)

Dari sinilah kecelakaan menimpa umat manusia yang sesat, umat manusia yang sengsara dan bengung, umat manusia tidak akan bertemu dengan petunjuk dan hidayah, kebahagiaan melainkan apabila fitrah (yang rosak itu) dikembalikan kepada Penciptanya yang Maha Besar, sebagaimana mesin-mesin yang rosak itu dikembalikan kepada tukangnya yang arif.

Setelah setiap individu mampu mengerti dan memahami ilmu kebenaran maka setiap individu akan mampu melaksanakan 'langkah’. Langkah tersebut adalah:

1.Bermanfaat buat peribadi
2.Bermanfaat buat sesama manusia
3.Dengan niat hanya kerana Allah
4.Sabar 
5.Redho

No comments: